Senin, 09 Juni 2014

730 Hari di Perantauan (hanya sebuah catatan pengingat)

Sumber gambar: http://pendoasion.files.wordpress.com/2012/01/perjalanan.jpg

Genap dua tahun lalu, masih teringat betul udara segar pagi itu,
meski  sempoyongan hampir mabuk setelah melalui perjalanan darat sekitar 10 jam,
terjaga selama diperjalanan, itu lantaran kepatuhan akan pesan orang tua, "perbaiki perasaanmu kalau sudah mulai masuk di kampungnya orang", menurutku bekal berupa pesan itu sudah cukup,
cukup mengawali langkah di negeri orang, sebagai pelengkap filosofi Tellu Cappa pegangan para perantau bugis yang tidak ada salahnya  dilestarikan bila ingin sukses.

Saat ini memang masih jauh dari kesuksesan, apatah lagi gelimangan materi bila itu jadi ukuran,
tapi..  memilih merantau sendiri tanpa tergantung dengan siapapun, meninggalkan kehidupan yang sarat nepotisme serta kelumrahan atas berbagai kecurangan, hingga menafikan alasan pertemanan untuk mendapatkan segalanya..
apakah itu bukan kesuksesan? kesuksesan untuk belajar membangun idealisme..
bukan anti sosial atau keadaan yang memaksa seperti itu, tapi itu pilihan.

Profesi saat ini mungkin belum mampu diperhitungkan sebagai cermin kemapanan, masih cukup jauh dari buaian untuk berleha-leha di titik aman,
Namun.. Berada di tempat impian buah hasil usaha sendiri, olah sinergitas analisis kemampuan dan pengamatan peluang,
Apakah itu bukan sebuah pencapaian? Pencapaian bahwa mimpi memang memungkinkan untuk dapat diraih.. meski kadang tidak seindah di alam tidur.
bukan semata-mata mengandalkan keberuntungan maupun sekedar barter ijasah yang susah payah diperoleh,
bukan pula berbangga diri atau mengabaikan goresan takdir Ilahi, melainkan ini adalah misi mengemban amanat untuk mengejawantahkan apa yang disebut hak berkehendak.

perjuangan masih panjang.. selembar kertas usang itu masih terlipat rapi, salinan yang hampir satu dasawarsa itu masih menunggu perwujudan dan bukti konsistensi, tentang menulis nasib untuk menentukan jalan dan makna kehidupan..
(hR)


Mamuju,09.06.14